VIVAnews - Sepanjang perekonomian dunia yang dipenuhi ketidakpastian, komoditas emas akan terus menjadi incaran para pemodal yang ingin menyelamatkan investasi mereka.
Namun, dalam beberapa hari terakhir, para pemilik emas mungkin dilanda kebingungan. Melepas emas yang dimilikinya atau menahannya hingga harga logam mulia itu kembali merangkak naik.
Head of Research and Analysis PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, kepada VIVAnews menilai, secara historis, harga emas memang masih berpeluang naik. "Kalau pun turun, mungkin spot di kisaran US$1.530 per ounce," kata Ariston di Jakarta, Rabu 12 September 2012.
Ariston memperkirakan harga emas terus melambung, bahkan hingga kisaran US$2.000 per ounce.
Menurut Ariston, berfluktuasinya harga emas disebabkan oleh beberapa faktor. Untuk beberapa hari terakhir, naik turunnya harga emas karena pemodal masih menunggu pidato petinggi bank sentral AS (The Fed) yang akan berlangsung pada Kamis malam waktu setempat.
"Saya rasa, market sedang menanti kebijakan tersebut. Kalau bank sentral AS tidak memberikan kebijakan quantitative-nya, harga emas akan kembali turun di level US$1.650 per ounce," ujarnya. "Tapi, jika The Fed mengeluarkan kebijakan lanjutan, emas akan naik di level US$1.800, ini skenarionya," ujarnya.
Berdasarkan skenario tersebut, tidak menutup kemungkinan harga emas tahun depan akan naik menjadi US$2.000 per ounce.
Sementara itu, dari sisi investasi, menurut Ariston, emas dinilai masih cukup menjanjikan untuk jangka panjang. Dia pun menyarankan agar masyarakat memilih emas batangan sebagai bentuk investasi.
"Kalau mau investasi, emas batangan jauh lebih bagus. Karena, kalau perhiasan itu sudah dicampur-campur, fluktuasinya akan lebih cepat," jelasnya. (art)
Sumber :
http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/350772-ini-pemicu-harga-emas-naik-turun