Selasa, 01 September 2009

KOLEKSI EMAS BATANGAN

Saatnya Koleksi Emas Batangan

JAKARTA. Inilah saat yang tepat memburu emas batangan. Penguatan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) menyebabkan harga emas batangan luruh.
Berdasarkan data Logam Mulia, anak usaha PT Aneka Tambang (ANTM), kemarin harga emas batangan seberat 1 kilogram sudah turun menjadi Rp 312 juta atau Rp 312.000 per gram. Padahal awal pekan lalu (10/8), harga nya masih Rp 314.000 per gram.
Vice President Valbury Asia Securities Nico Omer Jockheere bilang, penurunan harga emas batangan ini mengikuti pelemahan harga emas dunia. Dalam jangka pendek, ia memprediksi harga emas akan terus turun. Dia memperkirakan, harga emas batangan akan berada di kisaran Rp 300.000-Rp 315.000 per gram dalam beberapa hari ke depan.
Justru karena harga sedang turun inilah Nico menilai, sekarang adalah waktu yang pas bagi investor untuk kembali mengoleksi emas batangan. Sebab, "Dalam jangka menengah dan panjang harga emas akan naik lagi," ujar Nico, kemarin (19/8).
Dia meramalkan, pada akhir tahun 2009 nanti, harga emas batangan akan naik kembali jadi Rp 330.000-Rp 350.000 per gram. Bahkan jika harga emas dunia menembus US$ 1.350 per troy ounce, "Harga emas batangan bisa berkisar Rp 400.000-Rp 430.000 per gram," kata Nico.
Senada, Kepala Divisi Pengembangan Bisnis PT Monex Investindo Futures Apelles T Rizal Kawengian memperkirakan penurunan harga emas masih akan terjadi dalam satu hingga dua bulan ke depan. Dalam hitungannya harga emas batangan bisa turun menjadi Rp 290.000 per gram.
Tapi dalam jangka panjang, Apelles yakin, harga emas kembali naik. Dengan asumsi harga emas dunia US$ 920-US$ 990 per troy ounce, dia memperkirakan harga emas batangan bisa berada di kisaran Rp 300.000-Rp 380.000 per gram hingga akhir tahun ini.

Produksi turun

Sayang, pasokan emas batangan tidak selalu ada. Maklum, produksi emas batangan Logam Mulia menurun lantaran kekurangan bahan baku. "Pasokan dari tambang tetap stabil, tapi pasokan dari daur ulang perhiasan turun drastis. Ini yang membuat produksi turun," kata Martono, Manajer Pemasaran Logam Mulia.
Tahun lalu Logam Mulia memproduksi emas batangan 46 ton. Hingga Juni 2009 produksi emas batangan Logam Mulia seberat 14 ton. "Permintaan emas untuk investasi mencapai 4 ton," kata Martono. Ia memperkirakan, Logam Mulia kemungkinan hanya memproduksi emas batangan seberat 28 ton tahun ini. Tentu, tidak semua produksi emas batangan itu untuk memenuhi kebutuhan pasar ritel.

Herlina KD KONTAN

Senin, 31 Agustus 2009

Kenapa Emas Murni 24 Karat ?

Carat berasal dari bahasa Yunani “keration”, yang berarti biji buah carob, semacam buah petai yang tumbuh pada abad pertengahan. Tiap biji buah tersebut mempunyai berat yang hampir sama yaitu 0,20 gram (seperlima gram). Ini lantas dijadikan sebagai patokan ukuran berat intan/berlian dan dinyatakan dalam istilah “carat”. Namun karena berat biji carob tersebut bervariasi, maka para pembeli intan sering membawa biji carob sendiri sebagai patokan supaya terhindar dari penipuan oleh para pedagang.

Pada abad XIV saat Kaisar Constantine I berkuasa, para pedagang intan/berlian dari Timur Tengah merambah Romawi dengan membawa dagangannya. Pada saat itu Kekaisaran Romawi menggunakan emas (koin solidus Constantine I) dan perak (koin Roman siliqua), namun mereka belum mempunyai standar untuk menentukan kadar kemurnian emas. Dipengaruhi oleh para pedagang pendatang tadi, dan dengan mengacu kepada carat (ukuran berat intan/berlian), serta dengan melihat kenyataan bahwa satu buah koin perak Roman siliqua yang beratnya menyerupai satu karat intan/berlian ternyata mempunyai berat 1/24 dari koin emas solidus Constantine I, maka disepakati bahwa angka tertinggi untuk kemurnian emas adalah 24. Untuk membedakannya dengan carat intan/berlian, maka penulisan carat sebagai satuan kadar emas diawali dengan huruf ‘K” sehingga menjadi Karat. Dalam dunia perdagangan modern, carat intan/berlian biasa disingkat sebagai “ct”, misalkan 1.325 cts atau 3.755 cts, sedangkan karat emas disingkat sebagai :K”, misalkan 24K, atau 14K.


Author : B3NU
Surabaya, 27 Agustus 2009

Rabu, 26 Agustus 2009

MENCERMATI HARGA EMAS

Cermati Ekonomi Dunia Sebelum Membeli Emas

JAKARTA. Tatkala kondisi ekonomi tak menentu, emas akan menjadi incaran para investor. Mereka segera membuang instrumen investasi lain seperti saham dan buru-buru mendekap emas apabila krisis ekonomi melanda.

Tak pelak, harga emas semakin kinclong semasa krisis. Ambil contoh, Februari 2009, harga emas menjadi US$ 1.000 per troy ounce ( setara 31,1 gram), melonjak dari rata-rata US$ 750 per troy ounce selama tahun 2008.

Ketika ekonomi stabil dan pasar saham bergairah, harga emas pun turun. Kemarin (22/7) sekitar pukul 15.00 WIB, harga kontrak emas US$ 946,10 per troy ounce.

Pun demikian harga emas batangan. Sejak akhir 2008 hingga Februari 2009, harga emas batangan buatan PT Logam Mulia terus melambung.

Posisi tertinggi harga emas buatan unit usaha PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) itu tercapai 23 Februari 2009 lalu. Waktu itu, harga satu gram emas mencapai Rp 384.000. Di hari yang sama, harga emas di pasar dunia menembus angka US$ 1.000 per troy ounce.

Harga emas batangan berangsur-angsur turun seiring kegairahan pasar saham. Kemarin, harga emas batangan Logam Mulia seberat 1 kilogram dihargai Rp 316 juta atau Rp 316.000 per gram. Posisi itu naik sedikit dari Rp 315.000 per gram pada 16 Juni 2009.

Analis Asia Kapitalindo Berjangka Ibrahim menyarankan, untuk jangka pendek, sebaiknya investor menahan diri membeli emas batangan. "Harga emas saat ini sudah cukup tinggi dan berisiko tinggi," kata Ibrahim.

Adapun Direktur Asia Kapitalindo Berjangka Lie Ricky Ferlianto menilai, emas hanya cocok menjadi media investasi jangka panjang. "Horizonnya lima sampai 10 tahun, ini lebih bagus ketimbang di saham," katanya.

Country Representative World Gold Council (WGC) di Indonesia, Leo Hadi Loe memperkirakan, harga emas masih bisa naik sampai akhir tahun ini. "Semua tergantung pemulihan ekonomi dunia," kata Leo. Leo Hadi memang menyarankan investor selalu melihat faktor ekonomi dunia sebelum berinvestasi di emas. Sebab, apabila ekonomi membaik, harga emas cenderung melemah. Sebaliknya, jika ekonomi memburuk, harga emas cenderung mengkilap.

Sandy Baskoro, Herlina KD

sumber : http://www.kontan.co.id/index.php/investasi/news/18217/Cermati_Ekonomi_Dunia_Sebelum_Membeli_Emas