TEMPO.CO, New York - Kilau emas kembali meredup akibat mencuatnya kembali kekhawatiran masalah krisis utang kawasan Eropa. Investor keluar dari bursa komoditas serta saham dan mengalihkannya dalam bentuk dolar Amerika Serikat (AS).
Harga emas untuk antaran bulan Februari anjlok 48,6 (2,8 persen) ke level US$ 1.668,2 per troy ounce di pasar komoditas New York, Senin waktu setempat. Kejatuhan ini membuat harga emas terpuruk ke level terendahnya sejak 24 Oktober lalu.
Harga emas di pasar elektronik Asia kembali turun US$ 10,1 (0,61 persen) menjadi US$ 1.658,3 per troy ounce.
“Peringatan dari Moody’s yang akan menurunkan peringkat utang Eropa awal tahun depan membuat para investor memilih keluar dulu dari pasar dan menunggu sampai tahun depan,” kata Michael K. Smith dari T & K Futures di Florida. Tidak ada lagi faktor fundamental, perhatian investor hanya tertuju pada perkembangan berita dari Eropa.
Harga emas telah turun menembus di bawah level psikologis US$ 1.700 per troy ounce sejak perdagangan Asia Senin kemarin untuk pertama kalinya sejak 25 November lalu. Terapresiasinya dolar AS membuat harga emas menjadi mahal bagi investor yang memegang mata uang lainnya. Sebab, emas diperdagangkan dalam mata uang dolar AS.
Memudarnya harga emas juga dipicu oleh pernyataan dari Moody’s yang menganggap pertemuan puncak para pemimpin Uni Eropa akhir pekan lalu tidak banyak menawarkan langkah baru untuk meredam krisis utang kawasan.
Untuk tahun depan, masih menurut Smith, kemungkian harga emas akan berpotensi turun hingga ke level US$ 1.500 per troy ounce sebelum kembali ke US$ 1.700. Dan untuk mencapai level tertingginya di atas US$ 1.900 per troy ounce, yang pernah dicapai pada bulan September lalu, akan menjadi berat karena investor akan memilih berinvestasi dalam bentuk dolar dan obligasi AS yang dianggap lebih aman.
Meredanya inflasi Cina dan turunnya prospek ekonomi India, yang merupakan negara pengimpor emas terbesar di dunia, membuat permintaan akan logam mulia juga akan turun.
Harga perak untuk kontrak bulan Maret juga jatuh US$ 1,25 (3,9 persen) menjadi US$ 31 per troy ounce, level terendahnya sejak pertengahan Oktober lalu. Harga timah juga merosot 9 sen (2,6 persen) menjadi US$ 3,46 per pound. Harga paladium untuk kontrak empat bulan ke depan juga anjlok US$ 23,5 (3,4 persen) menjadi US$ 663 per ounce, serta harga platina untuk kontrak dua bulan ke depan juga tergerus US$ 28,9 (1,9 persen) menjadi US$ 1.486 per ounce.
Harga minyak mentah jenis WTI untuk kontrak bulan Januari pada perdagangan kemarin juga turun US$ 1,64 (1,65 persen) menjadi US$ 97,77 per barel. Namun pada perdagangan hari ini, di pasar Asia berhasil menguat tipis 0,08 (0,08 persen) menjadi US$ 97,85 per barel.