Senin, 19 Mei 2025

Gaya Investasi Saham Pak Lo Kheng Hong

 









Pak Lo Kheng Hong adalah salah satu investor saham tersukses di Indonesia yang kerap dijuluki “Warren Buffett Indonesia.” Ia dikenal sebagai praktisi aliran value investing, yaitu pendekatan investasi yang berfokus pada mencari saham perusahaan bagus yang dijual di bawah nilai intrinsiknya. Dalam wawancara, seminar, dan tulisan-tulisannya, ia telah memaparkan berbagai prinsip dan cara analisis yang digunakan untuk memilih saham yang layak untuk investasi jangka panjang.

Berikut adalah penjabaran lengkap mengenai cara Pak Lo Kheng Hong menganalisis saham berdasarkan prinsip dan pendekatan yang ia praktikkan:

 

1. Fokus pada Fundamental Perusahaan, Bukan Harga Saham

Pak Lo tidak membeli saham karena harga naik atau karena ikut-ikutan. Ia hanya membeli saham jika perusahaannya bagus secara fundamental, dengan harga jauh lebih murah dari nilai wajar (intrinsic value). Ia percaya bahwa harga saham akan mengikuti kinerja perusahaan dalam jangka panjang.

Beberapa aspek fundamental yang dianalisis antara lain:

Pendapatan (Revenue) dan pertumbuhannya

Laba bersih (Net profit)

Ekuitas dan aset perusahaan

Return on Equity (ROE) yang tinggi dan konsisten

Utang yang rendah atau terkendali

Arus kas positif (operating cash flow)

 

2. Harga Saham Harus Di Bawah Nilai Intrinsik

Ini adalah prinsip utama value investing. Menurut Pak Lo, investor harus mencari “saham murah”—yaitu saham perusahaan bagus tapi sedang dihargai murah oleh pasar karena suatu sebab (misalnya sedang tidak populer, sedang krisis, atau belum dilirik investor besar).

Alat bantu yang sering digunakan untuk ini:

PER (Price to Earning Ratio): Pak Lo suka mencari saham dengan PER rendah, misalnya di bawah 10.

PBV (Price to Book Value): PBV di bawah 1 berarti saham dijual lebih murah dari nilai bukunya.

Margin of safety: Selisih antara harga pasar dan nilai intrinsik yang cukup besar untuk menghindari risiko kerugian.

 

3. Investasi Jangka Panjang

Pak Lo sangat menekankan pentingnya kesabaran. Ia bisa menyimpan saham selama 5 hingga 10 tahun, atau bahkan lebih lama, asalkan fundamental perusahaan tetap baik dan harganya belum mencapai nilai wajar.

 

4. Membeli Saham Perusahaan yang Dipahami

Ia hanya membeli saham dari perusahaan yang bisnisnya sederhana dan ia pahami, seperti perbankan, properti, pertambangan, atau konsumer. Menurutnya, jika seorang investor tidak memahami bagaimana perusahaan menghasilkan uang, maka ia sedang berspekulasi, bukan berinvestasi.

 

5. Menghindari Perusahaan yang Boros dan Banyak Utang

Pak Lo menghindari saham perusahaan yang punya utang tinggi, arus kas negatif, atau ekspansi tanpa kontrol. Ia menyukai perusahaan yang menghasilkan laba bersih yang besar dengan modal yang efisien.

 

6. Waktu Beli: Saat Pasar Pesimis

Pak Lo sering membeli saham saat krisis ekonomi atau ketika pasar sedang takut (misalnya saat krisis 1998 atau 2008). Saat itu, banyak saham perusahaan bagus yang harganya jatuh jauh di bawah nilai wajarnya.

Ia percaya pada prinsip Buffett: “Be greedy when others are fearful, and fearful when others are greedy.”

 

7. Tidak Perlu Takut Saham Sepi

Pak Lo tidak masalah membeli saham yang kurang populer atau tidak likuid, asalkan perusahaannya bagus. Ia lebih mementingkan nilai perusahaan dibanding tren pasar. Menurutnya, investor seharusnya membeli perusahaan, bukan sekadar saham.





Mengenal Dua Metode Populer Pengujian Emas: Asam vs Densitas

 




Mengenal Dua Metode Populer Pengujian Emas: Asam vs Densitas

Mengetahui kadar dan keaslian emas adalah hal penting, baik bagi pembeli, penjual, maupun kolektor. Dua metode paling umum yang digunakan untuk menguji emas secara praktis adalah metode asam (acid test) dan metode densitas (uji massa jenis). Keduanya sering digunakan karena mudah, relatif murah, dan tidak membutuhkan alat laboratorium yang rumit. Meski demikian, masing-masing metode punya kelebihan dan kelemahan tersendiri.

 

1. Metode Asam (Acid Test)

Cara kerja:
Permukaan emas digoreskan pada batu uji, lalu diteteskan asam nitrat atau campuran aqua regia. Jika logam bereaksi (larut atau berubah warna), maka kemungkinan bukan emas murni.

Kelebihan:

  • Proses cepat dan mudah dilakukan.
  • Biaya rendah.
  • Cocok untuk verifikasi awal kadar emas.

Kekurangan:

  • Hanya menguji permukaan.
  • Dapat merusak permukaan perhiasan.
  • Tidak bisa membedakan emas dengan logam padat seperti tungsten yang dilapisi emas.

 

2. Metode Densitas (Uji Massa Jenis)

Cara kerja:
Mengukur berat emas di udara dan dalam air, lalu menghitung massa jenisnya. Emas murni punya densitas ±19,3 g/cm³. Nilai ini digunakan untuk memperkirakan kadar emas.

Kelebihan:

  • Tidak merusak benda emas.
  • Dapat mendeteksi logam campuran dengan densitas berbeda.
  • Lebih akurat untuk emas utuh (solid).

Kekurangan:

  • Tidak efektif untuk perhiasan berongga atau tungsten  emas lapis
  • Hasil bisa keliru jika pengukuran tidak presisi.
  • Butuh timbangan khusus dengan akurasi tinggi.

 

Mana yang Lebih Baik?

Tidak ada metode yang sempurna. Metode asam cocok untuk pemeriksaan cepat, terutama di toko perhiasan atau pasar. Sedangkan metode densitas lebih ilmiah, cocok untuk logam solid yang ingin diuji tanpa dirusak.

Untuk hasil lebih akurat, sebaiknya gunakan kombinasi kedua metode ini, atau pertimbangkan teknologi modern seperti X-Ray Fluorescence (XRF) jika tersedia. Dalam dunia emas yang rawan pemalsuan, kehati-hatian adalah kunci.

Tertarik belajar lebih lanjut tentang alat pengujian emas? Tinggalkan komentar atau cek artikel kami berikutnya!


butuh alat alat tes emas?

kunjungi www.tokopedia.com/sinaper

Minggu, 20 April 2025

Pengaruh Kebijakan Tarif dari Donald Trump Terhadap Harga Emas

 




Kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump pada tahun 2025 memiliki dampak signifikan terhadap lonjakan harga emas global, yang mencapai rekor tertinggi di atas $3.300 per ons. Kebijakan ini memicu ketidakpastian ekonomi global, mendorong investor untuk beralih ke emas sebagai aset safe haven.

1. Ketidakpastian Ekonomi dan Permintaan Emas

Pengenaan tarif baru oleh Presiden Trump, termasuk tarif 125% terhadap impor dari Tiongkok, meningkatkan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global dan potensi resesi. Situasi ini mendorong investor untuk mencari perlindungan pada aset yang dianggap aman, seperti emas. Sebagai hasilnya, harga emas melonjak hampir 3% dalam satu hari, mencapai rekor tertinggi baru.

2. Pelemahan Dolar AS dan Daya Tarik Emas

Kebijakan tarif tersebut juga berkontribusi pada pelemahan dolar AS, yang turun hampir 10% dari puncaknya pada Januari 2025. Pelemahan ini membuat emas lebih murah bagi investor internasional, meningkatkan permintaan global terhadap logam mulia tersebut .​

3. Respons Pasar dan Strategi Investasi

Survei Manajer Dana Bank of America pada April 2025 menunjukkan bahwa 42% manajer dana memilih emas sebagai aset utama mereka, naik dari 23% pada Maret. Kenaikan ini mencerminkan pergeseran strategi investasi menuju aset yang lebih defensif di tengah ketidakpastian pasar .​

4. Prediksi dan Prospek Harga Emas

Lembaga keuangan seperti Goldman Sachs dan UBS telah menaikkan proyeksi harga emas mereka, dengan prediksi mencapai $3.500 per ons atau lebih jika risiko resesi meningkat markets.businessinsider.com. Permintaan yang kuat dari bank sentral dan investor institusional mendukung prospek positif ini.​

5. Kesimpulan

Kebijakan tarif Presiden Trump telah menciptakan ketidakpastian ekonomi yang signifikan, mendorong lonjakan harga emas sebagai aset safe haven. Pelemahan dolar AS dan perubahan strategi investasi global memperkuat tren ini, menjadikan emas sebagai pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan terhadap volatilitas pasar.


Info alat test emas: www.tokopedia.com/sinaper